Resiko Perceraian

Posted by bangros on Wednesday, January 16, 2013 Updated at: 3:51 AM @ Artikel Blogger Terbaik

Bismillahir-Rahmaanir-Rahim ... Kita tidak bisa menutup mata bahwa perceraian banyak terjadi di sekitar kita. Ada pasangan yang menempuh jalan cerai karena merasa telah memilih orang yang salah, atau merasa pernikahan yang dijalaninya itu buruk atau sakit.

Saya tidak mau pusing mengenai ”orang yang salah” atau “pernikahan yang sehat versus pernikahan yang sakit”, itu tidak akan menjadi bahasan dalam tulisan ini. Yang lebih ditekankan dalam tulisan ini adalah risiko perceraian yang mesti dipikirkan oleh pasangan yang memilih jalan cerai. Apa saja itu? Berikut ini penjelasannya.

Risiko Emosi ...

Pasangan yang menghadapi kemelut rumah tangga pasti akan merasakan tekanan-tekanan perasaan seperti: jiwa terganggu, marah, sedih, tidak berdaya, rasa bersalah, terpencil, rendah diri, putus asa, kecewa, kesepian.

Beban perasaan itu pasti akan menimpa pasangan yang menghadapi perceraian, baik sebelum, semasa atau sesudah bercerai. Tekanan perasaan itu bukan hanya mengganggu emosi dan jiwa individu tersebut, tetapi ia juga akan berimplikasi pada kesan negatif terhadap keluarga dan orang-orang terdekat.

Risiko Tanggungan ...

Bagi pasangan yang telah bercerai, mereka juga akan dibebani tanggung jawab dan peranan yang bertambah:

1. Sebagai ibu/ bapak tunggal
2. Terpaksa mencari nafkah

Risiko Kejiwaan Anak ...

Dalam perceraian, anak-anak menjadi korban yang nyata, terutama jiwa dan perasaan mereka. Mereka kurang mendapat kasih sayang, perhatian dan bimbingan dari ibu bapaknya. Bagaimana bisa memberikan pengasuhan dan pendidikan secara optimal bila hidup terpisah.

Beberapa situasi yang akan dihadapi anak akibat perceraian orang tuanya adalah:

1. Kehilangan kasih sayang dari ibu dan bapak

2. Kadangkala terpaksa berpisah dari adik-kakak

3. Rasa bersalah, malu, rendah diri, tidak percaya diri

4. Mengalami tekanan jiwa dan perasaan

5. Perasaan terganggu dan bingung

6. Kehilangan semangat belajar

7. Akan menunjukkan tabiat dan sikap yang negatif

Emosi negatif anak tersebut, apabila dibiarkan berlarut-larut, tanpa penanganan berarti, akan membuat anak tumbuh dengan konsep diri yang negatif sepanjang hidupnya. Pasangan yang mau bercerai harus memberikan prioritas utama pada anak-anak mereka. Harus ada kehendak bersama, kesepakatan bersama bahwa:

1. Perceraian tidak akan memutuskan ikatan anak dan ibu bapak. Hanya hubungan pernikahan suami-istri saja yang terputus. Anak-anak tidak boleh dilibatkan dalam konflik ibu bapak.

2. Anak-anak perlu bantuan dan dukungan ibu bapak agar dapat mengendalikan segala perubahan yang mereka alami setelah ibu bapak bercerai.

3. Anak -anak mempunyai perasaan yang sensitif. Bila kehilangan sesuatu, pastinya akan timbul perasaan bimbang, geram dan marah. Mereka memerlukan banyak perhatian, support dan bantuan.

4. Anak-anak memerlukan kasih sayang dari kedua orang tuanya. Perasaan negatif yang ada di antara pasangan tidak boleh ditanamkan dalam jiwa anak-anak.

5. Jangan pernah mengatakan hal-hal buruk atau menilai buruk ibu bapak pada anak-anak.

Risiko Finansial ...

Jika seseorang bercerai karena masalah keuangan, masalah itu akan tetap menghantui diri mereka setelah bercerai nanti. Sebagian dari permasalahan yang akan mereka hadapi adalah: mengurangi budget belanja karena pendapatan sudah berkurang.

1. Gaya hidup sebelum ini terpaksa berubah, karena yang mencari nafkah menjadi tunggal.

2. Masalah keuangan akan semakin menekan jika seorang istri sebelum ini hanya bergantung kepada nafkah yang diberikan oleh suami.

3. Kebutuhan dan belanja hidup sehari-hari anak-anak akan berkurang dan ini mungkin akan turut menurunkan prestasi mereka di sekolah.

4. Muncul tuntutan hukum terkait isu nafkah anak di pengadilan.

5. Kerja lembur diperlukan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

6. Suami harus menanggung beban keuangan lebih besar untuk membiayai kebutuhan anak-anak yang dibawa istri yang telah diceraikannya, dan tanggungan untuk memenuhi kebutuhan keluarga baru jika sudah berumah tangga lagi.

Risiko Sosial ...

Jika terjadi perceraian, kehidupan sosial seseorang juga mengalami guncangan. Berbagai permasalahan yang berhubungan dengan pergaulan dan interaksi sesama manusia akan mengakibatkan kesan-kesan negatif dalam kehidupan mereka. Sebagai contoh:

1. Pasangan akan dipandang sinis oleh sebagian masyarakat dengan gelar janda/duda.

2. Muncul berbagai pertanyaan dari kaum kerabat yang harus dihadapi.

3. Suami dan isteri akan kehilangan keluarga, saudara dan kawan dari pasangan masing-masing.

4. Pasangan terpaksa mendapatkan bantuan dari keluarga dan saudara dalam hal penjagaan anak-anak.

5. Jiwa akan lebih tertekan jika selama ini pasangan hanya bergantung antara satu sama lain dalam kehidupan sehari-hari.

Risiko di atas merupakan sebagian kecil dari masalah baru yang akan menimpa pasangan-pasangan yang telah membuat keputusan untuk bercerai. Walaupun pada hakikatnya ada pasangan yang terpaksa membuat keputusan yang pahit ini; disebabkan pasangannya tidak bertanggung jawab atau telah lama mengabaikan kewajiban sebagai seorang suami atau istri. Perceraian, walau bagaimanapun, bukanlah jalan keluar yang dapat menyelesaikan segala masalah yang dihadapinya.

Situasi Setelah Bercerai ...

Setelah bercerai, pasangan dan anak-anak akan menghadapi perubahan besar. Sebagian dari permasalahan itu terkait dengan rumah, sekolah, teman, emosi.

1. Pasangan harus bersifat bijak dan bertanggung jawab setelah bercerai, terutama dalam hal menjaga tumbuh kembang anak yang sedang tertekan karena merasa kehilangan.

2. Kekompakan antarpasangan, hubungan yang baik antara ibu dan bapak, akan membantu anak-anak melewati masa sulit itu.

3. Pasangan yang merasa kesulitan dalam membangun komunikasi yang baik, bisa minta bantuan pada ahli atau orang yang dipercaya.

Apa yang Anda Sudah Lakukan? ..

Setiap individu perlu menilai dan meneliti setiap aspek yang akan dihadapi sebelum mengambil keputusan final. Sebagian hal yang perlu diperhatikan sebelum membuat keputusan final adalah:

1. Sejauhmanakah usaha yang Anda telah tempuh untuk mencari jalan keluar atas masalah yang sedang dihadapi?

2. Sudahkah Anda berusaha mengenal dan memperbaiki segala kekurangan yang terdapat pada diri Anda sendiri?

3. Sudahkah Anda memohon pertolongan Tuhan, dengan mendirikan salat wajib maupun sunat dan memanjatkan doa dengan penuh khusuk dan tawadhu (rendah hati, tunduk patuh)?

4. Sejauhmana pengorbanan Anda dalam memperbaiki kekurangan-kekurangan yang ada?

5. Sudahkah Anda mendapatkan nasehat, bantuan dan bimbingan dari konsultan pernikahan?

Semoga bermanfaat bagi yang membacanya .....
.... Segala puji bagi Allah, yang dengan nikmat-Nya sempurnalah semua kebaikan ....

Barakallahufikum ....

Salam Terkasih ..
Dari Sahabat Untuk Sahabat ...

... Semoga tulisan ini dapat membuka pintu hati kita yang telah lama terkunci ...

~ o ~

Salam santun dan keep istiqomah ...

--- Jika terjadi kesalahan dan kekurangan disana-sini dalam catatan ini ... Itu hanyalah dari kami ... dan kepada Allah SWT., kami mohon ampunan ... ----

Semoga bermanfaat dan Dapat Diambil Hikmah-Nya ...
Silahkan DICOPAS atau DI SHARE jika menurut sahabat note ini bermanfaat ....
Bookmark and Share
Description: Resiko Perceraian Rating: 5 Reviewer: bangros - Item Reviewed: Resiko Perceraian